Sebab cinta tak pernah kehabisan kata.
 10/7/2011
Bulumatamu Sebaris Ilalang yang Terbakar
Karya: Huda M Elmatsani
Padang lapang untuk gembalakan  jejakjejak jiwaku itu adalah hidupmu.  Serumpun embun, ilalang ranum,  bungabunga perdu, kemerisik sepi, percik  api dan setumpuk album  kenangan bersampulkan rindu.
Rayakan cinta menyemai gairahnya.  Wajahmu menyemburkan cahaya. Bulan di atas  savana. Aku menjelma rusa,  dengan tanduk bercabang doadoa kupanjatkan.  Senyummu melambung di  angkasa.
Rangkum sejuta makna ke dalam  satu  tanda. Tatapan kita puisi tanpa jeda. Tatap penuh kenang dan   perlambang. Bertumbuh pokokpokok akasia yang daundaunnya menyimpan angin   dan hujan, tempat berselindung gemuruh dan kicau burungburung.
Kecemasan luruh dalam hembusan debu yang  meniada. Kita pun menjerit  tawa, senyap hanyalah tanda koma saat  matahari pamit dari cakrawala.  Ketika ia persembahkan malam untuk kita  berdua saja. Dengarlah applause serangga senja, panggung  temaram menyala keemasan. Sebuah pekik kagum,  seperti selalu  bisikbisikku pada anggunmu.
Bulumatamu sebaris  ilalang yang  terbakar. Mengurungku dalam pijar, melalap seluruh tatapan,  pikiran dan  imajinasiku. Tinggal abu yang disebut puisi.
Gemuruh angin di celah tenda seperti   serangkaian ketukan lembut jantungmu menembus dada. Kupeluk kamu sayang,   kau mengunciku dengan himpitan rindu tanpa tara. Rerumputan mengaduh   lembut di bawah keringat baramu. Venus dan yupiter memancar riang di   kedua matamu. Senyum menggantung indah tepat di atas dagumu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar